“MENSYUKURI NIKMAT UMUR”
Selamat datang, salam jumpa
kembali....
Sahabat semua yang terbaik,
postingan ini saya ambil sebuah judul Apapun Keadaannya kita perlu
Mensukurinya.
hidup adalah anugrah terindah yang
diberikan Allah kepada kita. hidup didunia ini akan menjadi sengsara apabila
tidak mensyukurinya dan begitupun sebaliknya. Terkadang kita selalu saja
mengeluh dan tidak tenang dalam menghadapi hidup. Hidup bagaikan jalan
yang harus ditempuh manusia tetapi selalu saja dirasa berat dan tak kuasa
untuk mensyukurinya. Banyak mengeluh, resah, tidak bersyukur, kufur nikmat,
sombong, dan membuang-buang apa yang seharusnya digunakan secara baik dan
maksimal (mudbazir).
Di dalam Teori Hierarki Kebutuhan
Maslow / Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk
tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga
yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau
didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu
dipenuhi.
Kebutuhan maslow harus memenuhi
kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu
penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan
dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow –
disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu
krusial :
- Kebutuhan Fisiologis, Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
- Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan, Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
- Kebutuhan Sosial, Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
- Kebutuhan Penghargaan, Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
- Kebutuhan Aktualisasi Diri, Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.
Abraham Maslow (1908-1970) adalah
seorang psikolog besar yang mencoba menemukan dan menawarkan jawaban sistematis
atas pertanyaan tersebut melalui teorinya yang tersohor, yakni teori hirarki
kebutuhan. Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkat
yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling bawah terpenuhi
maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkatan paling bawah,
dicantumkan berbagai kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kemudian pada
tingkatan lebih tinggi dicantumkan kebutuhan akan rasa aman dan kepastian
(safety and security needs). Lalu pada tingkatan berikutnya adalah berbagai kebutuhan
akan cinta dan hubungan antar manusia (love and belonging needs). Kemudian
kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan (esteem needs). Dan pada tingkatan
yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self
actualization needs).
Sesungguhnya alam semesta telah
“mencontohkan” banyak hal pada kita. Alam semesta begitu patuhnya pada Hukum
Tuhan sehingga terciptalah keteraturan. Tidak ada pohon yang tumbuh dalam
semalam. Tidak ada unggas yang lahir tanpa telur. Tidak ada siang yang
mendahului malam. Semuanya serba teratur sehingga kaya akan MANFAAT. Karena
itu, kesuksesan yang sejati adalah kesuksesan yang kaya akan manfaat.
Dengan membalikkan Hirarki Maslow,
perjalanan hidup manusia akan diawali dengan “aktualisasi diri” dan berpuncak
pada terpenuhinya “kebutuhan hidup”. Artinya adalah, sebelum kita mulai
menghitung materi, sebelum kita mulai berpacu mengejar reward, semuanya DIAWALI
dengan membangun kapasitas diri. Sejauh mana kita akan menuai hasil, akan
selaras dengan seberapa besar MANFAAT yang mampu kita berikan.
Kesuksesan adalah HAK semua orang.
Artinya, setiap orang wajib menebarkan MANFAAT pada lingkungannya. Mari kita
bayangkan sebuah perusahaan, sebuah lingkungan, sebuah komunitas, dimana setiap
anggotanya saling “berlomba” untuk menebar manfaat. Hasilnya……, akan terwujud
“surga” di bumi yang cantik ini.
Kegagalan Dan Kesuksesan Adalah
Konsekuensi Pikiran
Banyaknya harta yang kita miliki,
tidak pernah membuat kita merasa cukup menjadi “kaya” dalam arti yang sesungguhnya.
Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang “kaya”.
Orang yang “kaya” bukanlah orang
yang memiliki harta benda banyak, tetapi orang yang dapat menikmati apa pun
yang dimiliki tanpa merasa terikat pada kepemilikan barang-barang itu!
Orang tersebut, akan sadar
sepenuhnya bahwa dia datang ke dunia hanya dibekali satu nyawa (jiwa). Nah, dia
harus merasa memiliki nyawa itu, dan harus merawat serta bertanggung jawab
dalam kehidupannya. Dengan nyawa itu pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di
mana pun dia berada, dan dalam kondisi apa pun.
Kunci kebahagiaan adalah bersyukur!
Mensyukuri apa yang kita dapat itu penting. Termasuk hanya punya satu nyawa
untuk bisa hidup di alam ini. Kebahagiaan itu bisa dibuat dengan tidak meminta
apa pun kepada orang lain, tetapi berikan apa yang bisa diberikan kepada orang
lain agar bahagia.
Betapa sering kita memfokuskan diri
pada apa yang kita inginkan sehingga membuat kita menjalani hidup dengan segala
rasa kurang puas. Kita tidak pernah memfokuskan diri pada apa yang kita miliki
dan memberdayakan seoptimal mungkin apa yang ada dan apa terjadi pada kita.
Jika kita tetap berfokus pada keinginan, hidup pun terasa menjadi sengsara
karena selalu merasa kurang puas dengan apa yang sudah dimiliki atau yang
terjadi.
Kita dapat mengubah perasaan itu
dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di
sekeliling, pikirkan yang dimiliki, dan syukurilah. Karena itu, Anda akan
merasakan nikmatnya hidup ini dengan segala yang terjadi pada diri kita. Siap untuk
menjalani segala peran yang disediakan alam untuk kita. Peran kocak membuat
kita tertawa. Peran sedih membuat kita menangis. Peran bercinta membuat kita
mabuk kepayang. Itulah dunia, tempat berperan untuk melakoni lokakarya
kehidupan. Dan tugas kita harus bisa berjuang dengan peran yang sedang kita
perankan sebaik-baiknya.
Tentunya boleh-boleh saja kita
memiliki keinginan, tetapi kita perlu menyadari bahwa itulah akar perasaan
tidak tenteram. Sang Buddha selalu mengingatkan hal itu dalam surat demikian: “Kesengsaraan
yang sesungguhnya adalah hal yang melekat pada harta duniawi.”
Katakanlah kita sudah memiliki
rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tetapi, Anda masih
merasa kurang. Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu
terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang
mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tidak
mendapatkannya, kita terus memikirkannya. Anehnya, walaupun sudah
mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tidak puas,
dan kita ingin yang lebih lagi dan lagi.
Dengan melihat apa yang menjadi
problem kita, hendaknya itu cepat diselesaikan, jika dibiarkan terlalu lama,
berlarut-larut, membuat kita jadi frustrasi, dan akhirnya depresi. Segera buat
keputusan, dan jangan menjadi orang yang terlalu “ideal”. Itu memang penyakit
kita, apa yang ada di pikiran dan menjadi prinsip di batin harus dijalankan,
dan kalau ada penentang atau hambatan kita hajar atau kabur. Itulah masalah
yang kita timbulkan sendiri.
Nah, sekarang kita harus sedikit
pakai stategi “lentur sedikit” pakai ilmu bambu, batang bambu walaupun tinggi,
ditiup angin sampai ujungnya mencapai tanah pun bambu itu, tidak patah, bahkan
bisa melambai naik kembali. Batang bambu mampu mengikuti terpaan angin badai
sekalipun. begitu juga kita, harus mampu mengikuti arus kehidupan tanpa
menghakimi, nikmati saja seperti air mengalir, tidak lurus kaku, jika ada yg
menghambat bisa membelok atau mencari jalan lain, tetapi tidak berhenti. Karena
itu, air yang terhenti akan mengendap jadi kubangan lama-lama dipenuhi cacing
dan jadi dangkal. Mengalir ibarat air itu penting. Hal tersebut dijabarkan
dengan bekerja sebagaimana porsi dan posisi yang kita dapat dalam hidup ini.
Orang bijak sadar bahwa keberhasilan
atau kegagalan hidupnya adalah konsekuensi perbuatan dan hasil pikiran-pikiran
yang terbentuk. Manusia harus selalu mengintrospeksi diri, apakah pikiran dan
perbuatan sesuai dengan hukum alam dan kehendak Yang Mahakuasa? Karena pahala dan
dosa tidak bisa diwakilkan, dan harus ditanggung sendiri.
Apakah bisa kita pungkiri bahwa
hidup di dunia adalah medan perjuangan yang bergelimang penderitaan? Sebagian
orang masih menyangkal karena mereka hidup dalam kondisi serba baik dan
menyenangkan. Karena itu kita melihat dengan mata hati, dunia ini sebagai surga
atau sebagai neraka penderitaan. Hanya diri sendiri yang bisa menjawab karena
mengalaminya.
Pertanyaan yang menggoda yang muncul
sebagai berikut. “Adakah dari kita yang suatu saat bisa menghindarkan diri dari
ketuaan, penyakit, dan kematian?” Tentu saja jawabannya tidak. Karena itu,
jalani hidup dengan bersyukur dengan menghargai pemberian Tuhan, yaitu nyawa
(jiwa) yang bersemayam di dalam tubuh kita.
Sejarah telah mencatat dan
membuktikan bahwa semua cerita tentang kesuksesan yang diraih seseorang
sebenarnya adalah untaian cerita-cerita kegagalan yang besar, karena sebenarnya
kegagalan adalah sebuah jalan menuju kesuksesan sebagaimana dikatakan Tom
Watson Sr. : “ Jika anda ingin sukses, perbanyak angka kegagalan anda “.
Abraham Lincoln yang menjadi
presiden Amerika Serikat pada usia 52 tahun merupakan contoh nyata, diusia 21
tahun ia gagal dalam bisnis, usia 22 tahun kalah dalam pemilihan anggota
legislatif, gagal lagi dalam bisnis pada usia 24 tahun, usia 26 tahun terbenam
dalam kesedihan karena ditinggal mati kekasih yang dicintainya, diusia 27 tahun
sempat mengalami gangguan syaraf, usia 34 tahun gagal dalam pemilihan anggota
kongres, bahkan diusia 49 tahun masih gagal pula dalam pemilihan anggota senat.
Kolonel Sanders, pendiri waralaba
goreng ayam terkemuka didunia memulai bisnis pada usia 65 tahun, ukuran
usia yang seharusnya sudah ongkang-ongkang kaki menikmati masa pensiun,
karena menyadari harus ada sesuatu yang ia lakukan, dengan hanya berbekal modal
cek sebesar $100 dari social scurity dan sebuah mobil tua, dia menjajakan
goreng ayam resep ibunya, tidak serta merta kebanjiran pelanggan, pintu demi
pintu dia ketuk untuk sekedar menawarkannya, dan banyak orang memperkirakan
bahwa Kolonel Sanders baru mendapatkan pelanggan pertamannya setelah mengetuk
lebih dari seribu pintu rumah.
0 Komentar