Kab.
Probolinggo (Humas) Haflatul Imtihan merupakan kegiatan rutin tahunan setiap
lembaga keagamaan yang lazim dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren baik
Salafiyah maupun Khalafiyah, seperti malam ini Pondok Pesantren Salafiyah
Al-Barokah Desa Tunggak Cerme Kecamatan Wonomerto Menggelar Haflatul Imtihan
dan Wisuda TPQ Sekaligus Pengukuhan Pengurus MWCNU Wonomerto Masa Khidmat
2014-2019. Acara yang dihadiri oleh seluruh Santri dan alumni ini juga dihadiri
Pengurus PCNU Kab. Probolinggo, MWCNU hingga PRNU serta wali santri dan tokoh
agama setempat. Untuk mendapatkan barokah dari Allah Swt. Pengurus MWCNU
Wonomerto Ky. Abdullah Mu’thi (Rais Syuriyah) bersama KH. Moh. Hasan Sidik
(Ketua), Sdr. Fathurrozi Amien, M.PdI (sekretaris) dan yang lain memulainya
dengan pebacaan Istighotsah bersama.
Dalam
sambutannya Pengasuh PP. Al-Barokah KH. Moh. Hasan Sidik menyampaikan terima
kasihnya kepada para undangan dan pengurus pada acara mulia ini, semoga acara
ini bisa berjalan dengan baik dan lancar, amin. Malam Haflatul Imtihan merupakan
malam Tahtimud Dirasah dimaksudkan untuk merayakan kelulusan dan kenaikan kelas
para siswa-siswi (santri) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Madrasah Diniyah
yang semuanya berada dibawah naungan Kantor Kementerian Agama Kab. Probolinggo.
Beliau menghimbau kepada masyarakat, para guru dan anak-anak didik (santri)
agar lebih memiliki ghirah dalam upaya intisyarul ulum demi masa depan mereka
kelak tatkala harus kembali ke masyarakat dalam menyongsong era mendatang yang
lebih menantang.
Selanjutnya
KH. Syuhada’ Nasrullah memberikan siraman rohani kepada jama’ah yang hadir agar
malam ini betul-betul dapat diambil hikmah atas penyampaian ceramah KH.
Jamaluddin Alhariri yang telah melantik Pengurus MWCNU Wonomerto sebagai salah
satu ormas islam keagamaan yang selalu peduli pada perkembangan dan syiar islam
di daerah ini. Kehidupan umat harus selalu kita dorong bersama-sama agar
kemajemukan bisa dijaga dengan baik untuk saling menghargai dan menghormati
antar agama, antar pemeluk agama apalagi antar seagama dan tentunya masyarakat
umum di seluruh Indonesia.
Banyak
kejadian yang mencuat seperti adanya paham-paham yang berbeda kita harus bisa
menyikapinya dengan baik karena perbedaan itu rahmat dari Allah Swt. namun
bagaimana cara kita bersikap itu yang akan menentukan dan mampu mendamaikan
antar sesama sehingga kondusifitas akan terwujud kalau saja kita mampu
membangun komonikasi dengan kelompok-kelompok yang ada. Kita jaga sholat kita,
ibadah kita karena itulah yang sebenarnya amanah pertama dan terutama, dan para
santri dan alumni Pondok Pesantren ini semoga bisa menjaganya karena kita hidup
ini hanya sementara dan kelak akan dimintai pertanggungan jawab atas semuanya.
Sementara
KH. A. Malik Sanusi, M.Pd dari Bondowoso mengharapkan para santri mampu
mengenang, mengingat dan melaksanakan, serta mengambil hikmah dari pada
Peringatan Ulang Tahun Sholat (Isro’ Mi’roj) Rasulullah Saw. dan satu bulan ke
depan kita akan memasuki Bulan Suci Ramadhan semoga umur kita masih ada dan
mampu menjalankan ibadah puasa tersebut dengan baik dan sempurna sehingga mampu
menjadi penoreh kehidupan kita baik di dunia dan beruntung di akhirat kelak,
seraya berdo’a ; “Allahumma Baarik lana fi rajaba wa sya’bana wa ballighna
Ramadhan”.
Dalam
untaian pesannya pula beliau menghimbau para jama’ah mampu mensinergikan ibadah
sholat dengan amaliyah yang baik dalam kehidupan, mengedepankan al-akhlaqul
karimah bagi kehidupan, menjadi hubungan baik dengan masyarakat, bagi santri
tetaplah bersilaturrahim dengan Sang Kiai agar manfaat ilmunya, barakah
hidupnya berguna amaliyahnya bagi kehisupan semesta. Beliau juga menghimbau
untuk membiasakan diri beristiqamah tidak turun dari tempat ibadah (bainal
isyaaini) diantara sholat maghrib dan isya’ karena diantara kedua waktu
tersebut ada satu titik hikmah yang amat agung yang mampu menorehkan manfaat
dan hikmat besar dalam tatanan kehidupan nantinya, sebagaimana pesan Hadrotus
Syaikh KH. Hasan Abdul Wafi salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid
Paiton Probolinggo, yang juga merukan adat budaya yang terjaga bagi kiai-kiai
sepanjang hidupnya. Orang tua hendaknya mengoptimalkan doanya dalam setiap
malam seraya mencurahkan fikiran dan hati buat anak-anak mereka agar kelak
menjadi anak yang sholih-sholihah, berilmu dan beramal, kuat fikir dan dzikir.
(Ansori).
0 Komentar