Menegakkan Hakikat Shalat
`Jikalan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. "(Al-A'raf 96)
`Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan aural-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka tetap meyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah janj) itu, maka mereka
itulah
orang-orang yang fasik. "(An-Nur: 55)
Bila iman sudah benar maka seorang hamba pasti menghadap
pada shalat dan tiang agamanya dengan adab penghambaan di hadapan Allah ; khusyu',
merendah diri dan merasakan seolah-olah betul-betul berdiri di hadapan
Allah Yang Maha Mulia, sehingga hati tidak menoleh kepada yang lain
daripada-Nya. Dia terus mengumpulkan segenap pikiran dan perhatiannya kepada-Nya,
berdiri dan berbaris seperti orang yang meminta perlindungan, miskin, dan
susah. Lalu berbisik kepada Rabb-nya, mengagungkan dan memohon ampunan
dari lubuk hati yang paling dalam, karena menginginkan karunia-Nya, mengharap
dan cemas, melimpahkan semua hajatnya kepada-Nya, menyibukkan diri dengan-Nya,
melupakan yang lain daripada-Nya. dan memalingkan hati dan pandangannya dari
dunia. Ia berjuang melawan nafsunya, sabar dan terus bersabar untuk
menguasainya hingga tertunduk hanya kepada Tuan dan Penciptanya karena dia
ingin Tuhan tidak berpaling daripadanya. Dalam shalat ini dia berpindah-pindah
dari satu taman ke taman yang lain, dari membaca firman Tuhannya yang disertai
dengan perenungan beralih kepada mengagungkan-Nya dengan penyucian, kemudian
berdoa dalam sujud, memohon ampun, dan merninta perlindungan dari segala
keburukan.
Alangkah agungnya suasana saat itu dan alangkah agungnya apa
yang dihadapi saat itu. Tatkala seorang hamba menghadap Tuhannya dengan segenap
hati dan anggota tubuhnya, mengharapkan rahmat dan memohon kasih sayang-Nya
dengan jiwa yang berdosa, hina, rendah, miskin dan meminta pertolongan.
Karena ia menghadapi fitnah dan cobaaan setiap hari, maka ia
memohon kepada Tuhannya agar melindunginya, menjaga, menetapkan dan menerima
dirinya. Dia memohon agar diberi hidayah, tafiq dan dibuka hatinya. Jika
diterima, maka dia meraih kemenangan dan keuntungan. Namun jika ditolak maka
alangkah besar kerugian dan alangkah pahitnya kesengsaraan. Khusyu' adalah
berdirinya hati di hadapan Tuhannya dengan sikap tunduk dan hina. Ada pula yang
mengatakan, "Khusyu' adalah padamnya api syahwat dan hilangnya asap
dada serta bersinarnya cahaya pengagungan Allah"
Dengan khusyu' dan tadabbur (merenung), shalat
menjadi penyejuk mata dan penerang hati dan wajah. Rasul bersabda,
`Dan dijadikan kesejukan mataku di dalam shalat."
Dengan shalat manusia terbebas dari setiap petaka, kekejian
dan kemunkaran.
`Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. "(Al-Ankabut:
45).
Dengan shalat sejati, seluruh amal menjadi baik dan diterima
ole Allah, dan dengan rusaknya shalat, maka rusaklah seluruh amal. Denga shalat
seorang hamba dapat merasakan manisnya bermunajat, dan naik di tangga ubudiyah.
Dengan shalat, ia mengenal Tuhannya, menikmati munajat merasakan manis dan
lezat yang tidak dirasakan oleh orang-orang yang lalai. Apabila kamu ingin
mengetahui kedudukanmu di sisi Allah maka lihatlah kepada kedudukan shalat
dalam dirimu dan seberapa banya bagianmu daripadanya. Shalat adalah hubungan
antara hamba dan Tuhannya. Ia adalah garis batas antara kufur dan Islam. Ia
adalah lima kali dengan pahala lima puluh kali. Ia adalah ibadah yang
diwajibkan dari atas langit ketujuh antara Allah dengan Muhammad tanpa perantarn
Dialah ibadah yang siapa menjaganya maka terhadap kewajiban lain ia akan lebih
mampu menjaga. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya maka ia lebih berani
menyia-nyiakan yang lain. Ia adalah perkara yang diwasiatkan terakhir
kali oleh Rasul kepada umatnya. Beliau bersabda,
"Shalat Shalat dan budak yang menjadi milikmu. "
Beliau bersabda,
`Sesunguhnya apabila seorang hamba berdiri shalat maka ia
datang dengan membawa seluruh dosanya, lalu dia letakkan di atas kepala dan
kcdua pundaknya maka setiap kali dia ruku' atau sujud dosa-dosa itu berguguran.
"(HR. Tabrani)
Lalu mengapa kita tidak mengindahkan jiwa shalat dan
hakikatnya? Kita melaksanakannya dengan anggota tubuh kita, tetapi hati kita
lalai dai melayang. Sehingga shalat tidak berpengaruh pada perilaku orang yang
shalat. Shalat tidak mengalirkan hawa panas, kekuatan, kehadiran hati dan
perubahannya. Adalah Ali bin Husen r.a. apabila wudhu, maka wajahnya berubah
pucat, lalu ditanyakan kepadanya, "Apa yang biasa terjadi pada anda di
saat wudhu?!" Beliau berkata, "Tahukah kalian di hadapan siapakah aku
hendak berdiri?"
Hudzaifah r.a. berkata, "Hindarilah oleh kalian khusyu'
nifaq". Ditanyakan kepadanya, "Apa itu khusyu' nifaq?" Dia
menjawab, "Kamu melihat jasadnya khusyu', padahal
hatinya tidak kbusyu'.
Ibnul Qayyim menyebutkan, khusyu' yang benar itu
memiliki tiga tingkatan:
1. Tunduk kepada perintah Allah.
Yaitu seorang hamba menerima perintah Allah dengan merendah diri, tunduk dan
patuh dengan menampakkan rasa kebutuhannya kepada hidayah sebelum melakukannya.
Rasa kebutuhannya kepada pertolongan-Nya ketika melakukannya dengan harapan
diterima setelah melakukannya, serta memohon ketetapan setelah matinya.
2. Mewaspadai penyakit-penyakit hati
dan amal. Ia mengantisipasi kemunculannya dan mengkhawatirkan rusaknya amal
karena penyakit-penyakit hati seperti sombong, ujub, riya , lemah dalam
sifat shidq, lemah dalam keyakinan serta niat yang bercabang-cabang. Ia
waspada agar tidak menisbatkan karunia yang diterimanya kepada manusia, tetapi
semua karunia dinisbatkan kepada Allah.
3. Menjaga dirinya untuk tidak
mengungkit-ungkit amal atas Allah, atau persangkaan bahwa dirinya memiliki hak
atas Allah. Ia berupaya keras agar manusia tidak mengetahui keadaannya bersama
Allah tidak membuatnya ujub, itu dapat menutupi hati, niat dan
keadaannya .
Khuyu'di tengah-tengah shalat tidak lepas
dari khusyu'--nya hati di luar shalat. Adapun jika seorang itu lalai
sepanjang waktu, kemudian ingin khusyu' di dalam shalat maka ini tidak
mungkin dan mustahil ,
Di antara perkara yang dapat
membantu khusyu' dalam shalat adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan wudhu dan
menyempurnakannya, menghadirkan rasa beribadah di dalamnya, menghadirkan hati,
dan mencari pahala cucuran air yang mengalir dari anggota wudhu, karena
dosa-dosa berguguran bersamanya.
2. Cepat-cepat ke masjid, melakukan
shalat sunnah sebelum shah fardhu, membaca Al-Qur'an, dzikir dan istighfar, supaya
jiwa menjadi tenang, terputus dari kesibukan dunia dan menghadapi shalat
setelah duduk di masjid. Berbeda dengan orang yang terlambat yang begitu datang
dari urusan dunia langsung memasuki shalat.
3. Berupaya merasakan keagungan
Allah di saat takbiratul ihram "Allah Akbar". Berusaha
merenungkan hakikatnya dan menyesuaikan hati dengan apa yang diucapkan
lisannya. Karena Allah lebih besar dari segala sesuatu, maka hendaklah engkau
mengagungkan-Nya janganlah engkau disibukkan oleh selain-Nya.
4. Merenungkan makna-makna bacaan
yang kamu baca di dalam shalat Seperti ayat-ayat Al-Qur'an, tasbih, doa
dan lainnya. Supaya tercipta ketenangan, pengambilan pelajaran dan hati sibuk
dengan makna makna tersebut.
5. Shalatlah seperti orang yang mau
berpamitan, yang tidak mengetahui apakah ia akan shalat lagi sesudahnya atau
tidak, karena detik-deti akhir adalah sangat mahal, terutama shalat terakhir
apabila kita aka merasa berpisah darinya.
6. Peliharalah shalat berjamaah
karena ia adalah wajib. Masuk ke dalan barisan orang yang shalat mengundang
rahmat yang mencakup seluruh orang yang shalat. Mereka itulah kumpulan orang
yang beruntung. Siapa saja yang bergabung dengan mereka tidak akan celaka,
karena mereka sedang berada dalam dzikir yang terbesai terutama shalat Subuh.
Sebab, ia adalah shalat yang dihadiri oleh para malaikat, maka menghadirinya
berarti menunjukkan kejujurannya bersama Allah. Ia rela meninggalkan tempat
tidurnya, rasa kantuknya (dan istrinya). Ia bangkit mendatangi panggilan
Tuhannya, berjalan di kegelapan malam (menembus hawa dingin yang menusuk tulang
- pent), guna mendatangi masjid. Berbeda dengan orang munafiq yang merasa berat
inelakukannya.
Itulah shalat yang banyak dilalaikan
kaum muslimin. Demi Allah ini adalah musibah, benar-benar musibah! Ia tidak
menegakkan shalat kecuali kalau mau mengerjakannya. Bagaimana orang yang
seperti ini mengharapkan kebaikan dan kelezatan dalam shalatnya. Apakah ia
ingin agar shalatnya menyucikannya dari perbuatan keji dan mungkar sementara
kondisinya seperti ini?
7. Setelah selesai shalat harus
melakukan evaluasi, apakah telah berhasil khuysu' di dalamnya atau
tidak? Apabila belum berhasil karena lalai maka harus menyalahkan dirinya dan
menyesalinya. Dia harus berbela sungkawa atas kerugian yang melebihi kerugian
harta.
8. Jagalah shalat-shalat sunnah,
rawatib dan yang bukan rawatib, karena shalat-shalat sunnah itu menutupi
kekurangan yang terjadi di dalam shalat fardhu, Nabi bersabda,
`Barangsiapa melakukan satu shalat yang ia tidak
menyempurnakannya maka ditambahkanlah kepadanya dari shalat-shalat sunnahnya
hingga sempurna. "(HR. Thabrani).
Ibnul Jauzi berkata, "Seyogyanya orang yang shalat itu
menghadirkan hatinya dalam segala sesuatu dari shalatnya. Apabila ia mendengar
panggilan muadzin maka hendaklah panggilan itu menggambarkan hari Kiamat dan
bergegas menjawabnya. Hendaklah ia memperhatikan dengan apa ia menjawab, dengan
badan bagaimana ia harus hadir. Hendaklah mengingat cacatnya yang tersembunyi
dan dosa-dosa rahasia yang tidak diketahui manusia, kecuali oleh Penciptanya.
Hendaklah ia berupaya menghapusnya dengan penyesalan, takut dan malu. Apabila
ia menghadap kiblat dengan wajahnya, maka menghadapkan hatinya kepada Allah
adala. lebih utama.
Apabila engkau bertakbir wahai orang yang shalat, janganlah
hatimu mendustakan lisanmu. Jika di dalam hatimu ada yang lebih besar dari
Alla. maka engkau telah berdusta. Waspadailah jika hawa nafsu lebih besar
daripada Allah dengan bukti kamu lebih mengutamakan menyetujui nafsu daripada
ketaatan kepada Allah.
Apabila lisanmu meminta perlindungan (isti'adzah)
maka sesungguhnya isti'adzah itu meminta perlindungan kepada Allah.
Apabil hatimu tidak berlindung kepada Allah, itu berarti ucapanmu tidak ad
manfaatnya.
Hadirkanlah upaya pemahaman dengan hatimu ketika kamu
mengucapkan,
(الØد لله ربّ العلمبن ) Hadirkan
kasih sayang-Nya ketika kamu mengucapkan
(الرّØمن الرّØبم). Hadirkan
keagungan-Nya ketika kamu mengucapkan,(مالك بوم الد ين). Hadirkan
pada waktu sujudmu tawadhu', daripada waktu sujudmu hina dan rendah
diri. Karena engkau telah menempatkan dirimu tepat pada kedudukannya dan kamu
telah mengembalikan badan kepada asalnya, sebab kamu dicipta dari tanah.
Ketahuilah, shalat dengan syarat-syarat ini adalah faktor
pembersih hati dari kotoran, karatan dan sebab meraih cahaya di dalam hati, yan
karenanya keagungan Yang Maha Disembah terlihat jelas dan rahasia-rahasia-Nya
dapat diketahui. Hal ini tidak akan dipahami kecuali oleh orang-orang yang
alim. Adapun orang yang menegakkan gambar shalat tanpa maknanya, maka dia tidak
akan memahami hal ini sama sekali, bahkan bisa jadi mengingkarinya .
0 Komentar